DAMPAK PROGRAM
KERJA IFC (INTERNATIONAL FINANCE
CORPORATION) TERHADAP BONUS DEMOGRAFI DI
SUB-SAHARA
AFRIKA
Latar belakang
Bonus demografi adalah transisi demografi dan
pertumbuhan ekonomi, yang difokuskan pada keluaran ekonomi.[1]
Dari pengertian tersebut, perubahan pada demografi merupakan perubahan pada
demografi dan ekonomi yang bisa menguntungkan namun juga bisa merugikan bagi
negara (karena tidak disebutkan secara spesifik apakah menyebabkan keuntungan
atau kerugian). Demografi sendiri diartikan sebagai ‘cerita manusia’ yang menurut Thomas Maltus berhubungan dengan
pertumbuhan populasi.[2]
Jika melihat pendapat tersebut, maka bonus demografi juga bisa menjadi bencana.
Salah satu contoh bonus demografi yang mengakibatkan dampak positif adalah
Jepang. Pada tahun 1985, jepang mengalami bonus demografi berupa kenaikan
populasi sebanyak 15%, yang digunakan untuk peningkatan teknologi massal oleh
jepang sehingga pendapatan perkapita di jepang mencapai $38 per hari.[3] Namun jika melihat bonus demografi yang
terjadi di Yunani, maka bonus demografi justru akan menjadi bencana, hingga
Yunani mendapatkan predikat “negara gagal”.
Sub-Sahara Afrika sebagai sebuah region[4]
diprediksi akan memiliki bonus demografi yang terjadi dari tahun 2010 sampai
2100 dengan kenaikan populasi mencapai 12,6% pada tahun 2010 dan meningkat
terus hingga menjadi 41% pada tahun 2100 (bahkan setiap tahun dari 2008 telah
terlihat indikasi kenaikan yang selalu signifikan).[5]
Tentunya nilai perubahan ini bukanlah perubahan yang sedikit, bahkan jika
membandingkan dengan Jepang dan Yunani, nilai ini tidak sebanding karena kedua
negara lain hanya mengalami kenaikan sebesar 15%.
IFC (International
Finance Corporation) sebagai organisasi dunia sejauh ini berhasil meningkatkan invetasi sebesar
$18,8 miliar pada negara anggota World
Bank.[6]
Melihat peran-nya yang meng-global, IFC dirasa pasti memiliki pengaruh juga
pada kawasan Sub-Sahara Afrika yang merupakan anggota World Bank. Namun
pengaruhnya belum dapat diketahui (apakah positif atau negatif), dan karena hal
tersebutlanh dibuatnya tulisan ini.
Rumusan masalah
Jika kenaikan
15% dapat menyebabkan dua dampak negatif dan positif, kenaikan sebesar 41%
tentunya akan menjadi pertanyaan besar, apakah region Sub-Sahara Afrika dapat melaluinya dengan keberhasilan
sebagai hasilnya atau malah akan gagal. Disinilah kita akan melihat peran IFC
dalam menghadapi bonus demografi di region
Sub-Sahara Afrika.
Pertanyaan esai
Pertanyaan
penelitian ini adalah: Apa saja pengaruh program kerja IFC dalam menghadapi
bonus demografi di region Sub-Sahara
Afrika?
Kerangka
konseptual
Konsep integrasi
(sebagai satu konsep diluar konsep integrasi regional) dimengerti sebagai
proses pergerakaan kooperasi antar-negara, transfer otoritas pada institusi
supranasional, homogenitas nilai, dan menjadi masyarakat global.[7]
Regionalisme adalalah konsep yang merujuk pada semakin intensifnya proses
kooperasi politik dan/atau ekonomi antar-negara dan aktor lainnya pada bagian
kawasan geografis tertentu walau terkadang dibahas dalam konteks arus
perdagangan.[8]
Konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsep integrasi regional, yang seolah
menggabungkan konsep regionalisme dan integrasi. Integrasi regional adalah
proses pendirian otoritas supranasional antara negara-bangsa yang memiliki
kesamaan kawasan geografis, yang membuat negara-bangsa menyerahkan kapasitas
pengambilan keputusan pada level pemerintahan yang baru dan level yang lebih
tinggi.[9]

Metodologi
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang berusaha menjelaskan proses kehidupan
sosial;[10]
dalam hal ini adalah keberpengaruhan IFC dalam menghadapi bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika. Penelitian ini
juga menggunakan metode berpikir deduktif yang akan menjelaskan pemikiran pokok
terlebih dahulu kemudian menjabarkan pemikiran pokok yang telah diberikan.
Data dalam
penelitian ini didapatkan melalui dokumen. Yang akan dianalisa secara
kualitatif, yang melihat kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian pada kasus; dan
menyeleksi kategori untuk digunakan sebagai alat analisa.[11]
Argumen Pokok
Argumen pokok
penulis adalah IFC memiliki pengaruh positif terhadap bonus demografi yang
terjadi di region Sub-Sahara Afrika.
Pengaruh positif ini dilihat melalui program kerja IFC yang telah mencakup
aspek-aspek yang memengaruhi bonus demografi yang telah disampaikan pada kerangka
konseptual itu sendiri. Keberhasilan IFC dalam memberikan pengaruh positif
dikarenakan dalam menghadapi bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika karena IFC merupakan organisasi
supranasional yang mempunyai karakteristik mengatur negara.
Analisis
IFC
sebagai organisasi supranasional digadang-gadang memiliki peran positif bagi region Sub-Sahara Afrika dalam
menghadapi bonus demografi yang telah berlangsung sejak tahun 2010 dan akan
berlangsung hingga tahun 2100. Sebelum mengetahui peran positif IFC terhadap
bonus demografi di region Sub-Sahara
Afrika, terlebih dahulu kita ketahui apa itu bonus demografi dan apa itu IFC.
Bonus Demografi
Bonus
demografi seperti disampaikan oleh Jay Gribble, Mariene Lee, dan Sangeeta Raja
digerakkan oleh perubahan struktur masyarakat (populasi penduduk) dan
dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu kesehatan, ekonomi, pendidikan dan dukungan
pemerintah.[12]
Kesehatan dalam memengaruhi bonus demografi dilihat melalui peningkatan atau
penurunan jumlah kelahiran dan kematian.[13]
Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh akses kelahiran, kesehatan reproduktifitas
dan penguatan sistem kesehatan. Kesehatan dalam bonus demografi memengaruhi
struktur masyarakat, fertilitas, dan
mortalitas.
Pendidikan
yang dimaksud adalah kualitas dan kuantitas. Kualitas dilihat pada keberhasilan
penanaman dan pengembangan skill,edukasi
taktical, dan akses pada pekerjaan.[14] Pendidikan
sebagai jalan untuk mendapatkan akses pekerjaan dengan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat men genai kesehatan, sistem perekonomian, dan faktor lainnya.
Pendidikan yang meningkatkan penerimaan pekerjaan dianggap dapat memengaruhi
total kelahiran dan menurunkannya, sehingga pertumbuhan populasi tidak akan
mengalami pelonjakan yang sangat signifikan. Hal ini dijelaskan dengan logika,
jika masyarakat berpendidikan, maka akan lebih mudah akses terhadap pekerjaan.
Jika akses pada pekerjaan mudah didapat dan kemudian baik wanita atau pria
mengurus pekerjaan, akan lebih sedikit waktu dirumah. Jika lebih sedikit waktu
di rumah, maka akan menurunkan reproduksi pria dan wanita sehingga angka
kelahiran bayi dapat dijaga agar tidak melonjak secara signifikan.
Dalam
ekonomi, bonus demografi ditekakan pada kemampuan beradaptasi-nya kebijakan
perekonomian dengan perubahan pada struktur masyarakat. Namun faktor ekonomi
lebih ditekankan secara spesifik kepada peningkatan investasi dan kemudahan
dalam memperoleh pekerjaan (enterpreneurship dan pemanfaatan lapangan kerja
yang ada). Arti kata dari investasi sendiri adalah penanaman uang atau modal
untuk memperoleh keuntungan.[15] Dalam hal ini, kebijakan ekonomi diharapkan
dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perekonomian masyarakat baik
melalui lapangan pekerjaan yang sudah ada, atau dengan membuat lapangan
pekerjaan baru atau memberikan pinjaman kepada masyarakat untuk membuka usaha
sendiri. Kemudahan memperoleh pekerjaan sendiri dilihat melalui keterbukaan
pasar, insentif, total pekerja dan pengangguran, serta akses kredit untuk
membuka usaha.
Dukungan
pemerintah dalam pemerintahan dilihat melalui pengembangan pada ketiga aspek
diatas. Dukungan pemerintah dijadikan takaran seberapa responsif pemerintah
akan ketiga aspek yang memegaruhi bonus demograf diatas. Pemerintah disini memiliki
peran penting dalam mengembangkan ketiga aspek diatas karena pemerintah
dianggap badan otoritas legal yang dapat mengatur dan memaksa masyarakat untuk
mengikuti apa yang diintruksikan
Program Kerja IFC
IFC
adalah salah satu organisasi yang berada dibawah naungan World Bank yang berisi
pula anggota-anggota World Bank.[16]
Namun IFC adalah entitas legal yang terpisah dari WorIld Bank. IFC didirikan pada tahun 1956 yang merupakan grup atas 184
anggota yang menentukan kebijakan strategis dalam meningkatkan kebijakan
perekonomian.[17]
Program
kerja IFC mencakup dua sektor; yaitu barang dan jasa, serta pengembangan skill.
Melalui sektor barang dan jasa, IFC berusaha untuk mengembangkan beberapa hal
seperti pinjaman, keadilan, perdagangan dan dukungan finansial, kerjasama,
perbendaharaan solusi, pelaporan, dan manajemen aset. Sedangkan dalam sektor
pengembanga skill, IFC berusaha untuk mengembangkan bidang agribisnis dan
kehutanan; institusi keuangan; pembiayaan; kesehatan dan edukasi;
infrastruktur; manufaktur; minyak, gas, dan mineral; kerjasama
publik-privat;serta telekomunikasi, media, dan teknologi.
Seperti
yang telah disampaikan pada metodologi penelitian, penelitian ini akan
menyeleksi terlebih dahulu kategori yang akan digunakan dalam menganalisa.
Adapun kategori penelitian tersebut diambil melalui kedua sektor program kerja
IFC (barang dan jasa, serta pengembangan skill).
Dari sektor barang dan jasa, akan dianalisa melalui perdagangan dan dukungan
finansial. Sedangkan dari sektor pengembangan skill akan diambil program kesehatan dan edukasi. Diambilnya kedua
kategori tersebut karena kedua kategori tersebutlah yang dimasukkan dalam
pengaruh keberhasilan bonus demografi.
Tabel 1.
Pendukung Keberhasilan Bonus Demografi
Struktur
Masyarakat
|
Dukungan
Pemerintah
|
Bonus
Demografi
|
Tabel 2. Program
Kerja IFC yang berhubungan dengan keberhasilan bonus demografi.
Struktur Masyarakat
|
IFC
|
Bonus
Demografi
|
Pengaruh Program Kerja IFC Terhadap Bonus Demografi
di Sub-Sahara Afrika
Penulis
dalam penelitian ini melihat IFC sebagai bentuk integrasi ragional. Integrasi
regional dapat dilihat melalui program kerja IFC karena IFC sebagai organisasi
supranasional telah meningkatkan kooperasi, homogenitas nilai di antar-negara
di Sub-Sahara Afrika dengan negara di dunia, yang juga menjadikan Sub-Sahara
Afrika sebagai bagian masyarakat global. Adapun IFC sebagai organisasi
supranasional memiliki peran penting dalam menangani keberhasilan region Sub-Sahara Afrika dalam
menghadapi bonus demografi dengan mengkontribusikan perannya melalui sektor
yang akan dibahas ini.[18]
IFC dianggap memengaruhi bonus demografi di Sub-Sahara Afrika dengan menganggap
bahwa IFC adalah bentuk dari gerakan dan faktor dukungan pemerintah yang telah
disebutkan memengaruhi bonus demografi. Adapun keberhasilan yang dicapai adalah
sebagai berikut.
Pendidikan dan Kesehatan
Seperti
yang telah dikatakan diatas, pendidikan yang dimaksud adalah kualitas dan
kuantitas pendidikan, yang dapat dilihat pada keberhasilan penanaman dan
pengembangan skill,edukasi taktical,
dan akses pada pekerjaan. IFC berhasil memengaruhi keberhasilan dalam bidang
pendidikan karena IFC dengan memetakan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan
ancaman pada pendidikan dan berusaha untuk memperbaikinya. Dari sektor
pendidikan, diketahui bahwa peningkatan yang dibawa IFC dalam perbaikan
kualitas pendidikan di region Sub-Sahara
Afrika mencapai 63%.[19]
Walaupun demikian besar pengaruh yang diberikan IFC, dalam evaluasi yang
dilakukan, masih kurangnya dalam pengakuan karena kurang berposisinya gerakan
sektor ini di masyarakat.
At appraisal, IFC was
expected to give credibility to the new companies involved, especially in its
dealings with schools, parents, and state and national governments. However,
indications are that IFC’s participation did not enhance the project’s
credibility and adoption.[20]
Hal ini juga menunjukkan
bahwa IFC mempengaruhi secara positif bonus demografi yang terjadi di region Sub-Sahara
Afrika dengan mengevaluasi bukan hanya pada besar investasi atau nilai
perubahan yang terjadi, namun juga melihat kepuasan masyarakat dan perkembangan
masyarakat di daerah yang diberikan bantuan.
Kesehatan
dalam memengaruhi bonus demografi dilihat dalam memengaruhi tingkat fertilitas
dan mortalitas serta melihat pengeluaran negara dalam meningkatkan akses
kelahiran, kesehatan reproduktifitas dan penguatan sistem kesehatan. Adapun IFC
dalam bidang kesehatan memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan anggaran
kesehatan di region Sub-Sahara
Afrika, dari US$97 miliar dana kesehatan yang dimiliki oleh region Sub-Sahara Afrika,[21] US$25-30
miliar berasal dari investasi IFC pada bidang kesehatan.[22]
Berarti 30% dana kesehatan di region
Sub-Sahara Afrika dipengaruhi oleh investasi IFC.
Dengan
begitu besar-nya peran IFC dalam sektor edukasi dan kesehatan, diharapkan bonus
demografi membawa dampak positif. Adapaun keberhasilan dalam dua sektor ini
diharapkan membawa perubahan pada penurunan tingkat populasi dan tingkat kematian
berkala yang diakibatkan meningkatnya pekerja (sehingga pekerja akan memiliki
waktu lebih sedikit di rumah dan hasilnya akan mengurangi jumlah kelahiran) dan
pengetahuan mengenai pentingnya bonus demografi dan kesehatan.
Ekonomi
Pada
penjelasan diatas, ekonomi dalam bonus
demografi ditekakan pada peningkatan investasi dan kemudahan dalam memperoleh
pekerjaan (enterpreneurship dan pemanfaatan lapangan kerja yang ada). Jika
mendalami pengertian yang disajikan ini, kemampuan masyarakat dalam memiliki
pekerjaan dan mengembangkan perekonomian (makro dan/atau mikro) menjadi ukuran
keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi. Peran IFC dalam pengembangan
perekonomian di region Sub-Sahara
Afrika adalah memberikan pinjaman pada usaha kecil sebesar US$7,6 juta da
pemberian pinjaman mikro pada individu sebesar US$59 juta. Pinjaman tersebut
digunakan untuk membuat usaha baru seperti pembuatan souvenir, pembuatan
rajutan, jual beli teknologi,dll.[23]
Selain
memberikan pinjaman untuk usaha mikro dan pinjaman individu, IFC juga
meningkatkan layanan finansial di Sub-Sahara Afrika. Layanan Finansial yang
diperbaiki oleh IFC adalah pembuatan akun bank untuk masyarakat demi
meningkatkan kemampuan menabung masyarakat dan bersama pemerintah membuka pasar
untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan ke-luar region Sub-Sahara Afrika. Bantuan
membuka pasar ini meningkatkan pemasukan makro dari sektor mikro meningkat tiga
kal lipat dari 2005 ke 2008, yaitu dari US$800 juta menjadi US$2,2 miliar.[24]
IFC
juga berpengaruh positif bagi pertumbuhan perekonomian di region Sub-Sahara
Afrika dengan meningkatkan produktivitas dan pendapatan individu. Pembuatan
lapangan pekerjaan berarti produktifitas masyarakat meningkat dan produktivitas
masyarakat menjadi indikasi meningkatnya pendapatan individu.[25]
Pendapatan individu dan pendapatan sektor mikro lainnya meningkat, berarti
pendapatan per-kapita meningkat. Jika pendapatan per-kapita menignkat, berarti
terjadi pula kenaikan kualitas perekonomian masyarakat dalam kawasan tersebut.
Kesimpulan
IFC
sebagai organisasi supranasional yang berada dibawah naungan World Bank memiliki peran positif dalam
meningkatkan keberhasilan bonus demografi yang terjadi di region Sub-Sahara Afrika. IFC sendiri ditujukan bukan hanya untuk
perbaikan kualitas perekonomian di region
Sub-Sahara Afrika namun juga di dunia secara global, dan diutamakan bagi
negara berkembang yang sangat membutuhkan.
Peran
IFC mulanya dapat terlihat melalui program kerja yang selaras dengan aspek
penunjang keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi. Lebih spesifik lagi,
peran positif IFC dalam bonus demografi di region
Sub-Sahara Afrika dapat dilihat melalui tiga programnya. Adapun peran
positif yang terjadi berkat IFC ada dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan. Hal ini sendiri selaras dengan aspek yang menurut para ahli menjadi
pendorong keberhasilan negara dalam menghadapi bonus demografi.
Perubahan
positif pada bidang ekonomi terlihat melalui naiknya pendapatan masyarakat dan
pendapatan mikro. Perubahan positif dalam edukasi terlihat melalui perencanaan
bersama pemerintah untuk menangani ancaman dan kesempatan dalam bidang edukasi.
Dalam bidang kesehatan, ada peningkatan pada anggaran kesehatan secara signifikan.
Daftar Pustaka
Bryman,
Alan. 2012. Social Research Methods(4th edition). Oxford University Press.
Canning,
David, dkk. Africa’s Demographic Transition: Dividend or Disaster. World Bank:
Francaise de Development and the World Bank.
Chang,
Ha Joon. 2010. 23 Things They Don’t Tell You About Capitalism. Allen Lane.
Diez,
Thomas, dkk. 2011. Key Concepts in International Relations. Sage Publication.
Griffiths,
Martin, dkk. 2008. International Relations: The Keys Concepts Second Edition.
Routledge.
IEG
(Independent Evaluation Group). 2008. Independent evaluation of IFC’s
development result: IFC’s additional in supporting private sector development.
Washington.
IFC
Advisory Services in Sustaiable Business. 2011. Sustaiable Investment in
Sub-Saharan Africa. Washington DC.
KBBI(Kamus
Besar Berbahasa Indonesia)
Vertigans,
Stepen, dkk. 2016. Corporate Social in
Sub-Saharan Africa: Sustainable Developmen in its Embryonic Form. Springer.
[1]
Canning, David, dkk. Africa’s Demographic Transition: Dividend or Disaster.
World Bank: Francaise de Development and the World Bank. (halaman: 129)
[2]
Ibid. (halaman: 43)
[3]
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ja.html
diakses pada 1 Januari 2017 Pkl 21.10 WIB
[4]
Penggunaan region oleh penulis dikarenakan ditakutkan akan adanya kesalahan
dalam mengartikan dalam bahasa indonesia region dalam konteks geografis(area)
dan region sebagai kesamaan nasib, sifat, atau kesamaan lainnya (regional),
sehingga dalam penulisan kali ini region diartikan aebagai keduanya.
[5]
http://www.un.org/en/development/desa/population/theme/trends/dem-comp-change/momentum-projection/index.html
diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 9:49 WIB.
[6]http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/corp_ext_content/ifc_external_corporate_site/solutions/solutions#
diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 10:03 WIB.
[7]
Griffiths, Martin, dkk. 2008. International Relations: The Keys Concepts Second
Edition. Routledge. (halaman: 157)
[8]
Ibid. (halaman: 280)
[9]
Diez, Thomas, dkk. 2011. Key Concepts in International Relations. Sage
Publication. (halaman: 187)
[10]
Bryman, Alan. 2012. Social Research Methods(4th edition). Oxford University
Press. (halaman 402)
[11]
Ibid. (halaman: 566-569)
[12]
https://www.wilsoncenter.org/event/the-demographic-dividend-economic-growth-changing-age-structures
diakses pada 13 Oktober 2016 Pkl 22.00 WIB
[13]
Canning, David, dkk. Africa’s Demographic Transition: Dividend or Disaster.
World Bank: Francaise de Development and the World Bank. (halaman: 46)
[14]
Ibid. (halaman: 111)
[15]
KBBI(Kamus Besar Berbahasa Indonesia)
[16] Lima
organisasi berbeda yang berada dibawah naungan world bank adalah: (1)International Bank for Reconstruction and
Development, (2)International Development Association, (3)International Finance
Corporation, (4)Multilateral Investment Guarantee Agency, dan (5)International
Centre for Settlement of Investment Disputes. http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/corp_ext_content/ifc_external_corporate_site/about+ifc_new/IFC+Governance diakses
pada 2 Januari 2017 Pukul 17:59 WIB.
[17] http://www.worldbank.org/en/about/leadership/governors
diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 18:06 WIB.
[18]
Vertigans, Stepen, dkk. 2016. Corporate
Social in Sub-Saharan Africa: Sustainable Developmen in its Embryonic Form.
Springer. (halaman: 98)
[19]
IEG (Independent Evaluation Group). 2008. Independent evaluation of IFC’s
development result: IFC’s additional in supporting private sector development.
Washington. (halaman: 10)
[20]
Ibid. (halaman: 65)
[21]
www.data.worldbank.org/API_SE.XPD.TOTL.GD.ZS_DS2_en_excel_v2
diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 15:49 WIB.
[22]
http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/REGION__EXT_Content/Regions/Sub-Saharan+Africa/Investments/HealthEducation/
diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 15:26 WIB
[23]http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/industry_ext_content/ifc_external_corporate_site/financial+institutions/priorities/mesm/microentrepreneurs+and+small+businesses
diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 17:07 WIB.
[24]
IFC Advisory Services in Sustaiable Business. 2011. Sustaiable Investment in
Sub-Saharan Africa. Washington DC. (halaman: 3)
[25]
Chang, Ha Joon. 2010. 23 Things They Don’t Tell You About Capitalism. Allen
Lane. (things number 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar