Kamis, 16 Maret 2017

DAMPAK PROGRAM KERJA IFC (INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION) TERHADAP BONUS DEMOGRAFI DI SUB-SAHARA AFRIKA

DAMPAK PROGRAM KERJA  IFC (INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION) TERHADAP BONUS DEMOGRAFI DI
SUB-SAHARA AFRIKA

Latar belakang
Bonus demografi adalah transisi demografi dan pertumbuhan ekonomi, yang difokuskan pada keluaran ekonomi.[1] Dari pengertian tersebut, perubahan pada demografi merupakan perubahan pada demografi dan ekonomi yang bisa menguntungkan namun juga bisa merugikan bagi negara (karena tidak disebutkan secara spesifik apakah menyebabkan keuntungan atau kerugian). Demografi sendiri diartikan sebagai ‘cerita manusia’ yang  menurut Thomas Maltus berhubungan dengan pertumbuhan populasi.[2] Jika melihat pendapat tersebut, maka bonus demografi juga bisa menjadi bencana. Salah satu contoh bonus demografi yang mengakibatkan dampak positif adalah Jepang. Pada tahun 1985, jepang mengalami bonus demografi berupa kenaikan populasi sebanyak 15%, yang digunakan untuk peningkatan teknologi massal oleh jepang sehingga pendapatan perkapita di jepang mencapai $38 per hari.[3]  Namun jika melihat bonus demografi yang terjadi di Yunani, maka bonus demografi justru akan menjadi bencana, hingga Yunani mendapatkan predikat “negara gagal”.
Sub-Sahara Afrika sebagai sebuah region[4] diprediksi akan memiliki bonus demografi yang terjadi dari tahun 2010 sampai 2100 dengan kenaikan populasi mencapai 12,6% pada tahun 2010 dan meningkat terus hingga menjadi 41% pada tahun 2100 (bahkan setiap tahun dari 2008 telah terlihat indikasi kenaikan yang selalu signifikan).[5] Tentunya nilai perubahan ini bukanlah perubahan yang sedikit, bahkan jika membandingkan dengan Jepang dan Yunani, nilai ini tidak sebanding karena kedua negara lain hanya mengalami kenaikan sebesar 15%.
IFC (International Finance Corporation) sebagai organisasi dunia sejauh  ini berhasil meningkatkan invetasi sebesar $18,8 miliar pada negara anggota World Bank.[6] Melihat peran-nya yang meng-global, IFC dirasa pasti memiliki pengaruh juga pada kawasan Sub-Sahara Afrika yang merupakan anggota World Bank. Namun pengaruhnya belum dapat diketahui (apakah positif atau negatif), dan karena hal tersebutlanh dibuatnya tulisan ini.
Rumusan masalah
Jika kenaikan 15% dapat menyebabkan dua dampak negatif dan positif, kenaikan sebesar 41% tentunya akan menjadi pertanyaan besar, apakah region Sub-Sahara Afrika dapat melaluinya dengan keberhasilan sebagai hasilnya atau malah akan gagal. Disinilah kita akan melihat peran IFC dalam menghadapi bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika.
Pertanyaan esai
Pertanyaan penelitian ini adalah: Apa saja pengaruh program kerja IFC dalam menghadapi bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika?
Kerangka konseptual
Konsep integrasi (sebagai satu konsep diluar konsep integrasi regional) dimengerti sebagai proses pergerakaan kooperasi antar-negara, transfer otoritas pada institusi supranasional, homogenitas nilai, dan menjadi masyarakat global.[7] Regionalisme adalalah konsep yang merujuk pada semakin intensifnya proses kooperasi politik dan/atau ekonomi antar-negara dan aktor lainnya pada bagian kawasan geografis tertentu walau terkadang dibahas dalam konteks arus perdagangan.[8]
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep integrasi regional, yang seolah menggabungkan konsep regionalisme dan integrasi. Integrasi regional adalah proses pendirian otoritas supranasional antara negara-bangsa yang memiliki kesamaan kawasan geografis, yang membuat negara-bangsa menyerahkan kapasitas pengambilan keputusan pada level pemerintahan yang baru dan level yang lebih tinggi.[9]
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berusaha menjelaskan proses kehidupan sosial;[10] dalam hal ini adalah keberpengaruhan IFC dalam menghadapi bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika. Penelitian ini juga menggunakan metode berpikir deduktif yang akan menjelaskan pemikiran pokok terlebih dahulu kemudian menjabarkan pemikiran pokok yang telah diberikan.
Data dalam penelitian ini didapatkan melalui dokumen. Yang akan dianalisa secara kualitatif, yang melihat kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian pada kasus; dan menyeleksi kategori untuk digunakan sebagai alat analisa.[11]
Argumen Pokok
Argumen pokok penulis adalah IFC memiliki pengaruh positif terhadap bonus demografi yang terjadi di region Sub-Sahara Afrika. Pengaruh positif ini dilihat melalui program kerja IFC yang telah mencakup aspek-aspek yang memengaruhi bonus demografi yang telah disampaikan pada kerangka konseptual itu sendiri. Keberhasilan IFC dalam memberikan pengaruh positif dikarenakan dalam menghadapi bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika karena IFC merupakan organisasi supranasional yang mempunyai karakteristik mengatur negara.



Analisis
IFC sebagai organisasi supranasional digadang-gadang memiliki peran positif bagi region Sub-Sahara Afrika dalam menghadapi bonus demografi yang telah berlangsung sejak tahun 2010 dan akan berlangsung hingga tahun 2100. Sebelum mengetahui peran positif IFC terhadap bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika, terlebih dahulu kita ketahui apa itu bonus demografi dan apa itu IFC.
Bonus Demografi
Bonus demografi seperti disampaikan oleh Jay Gribble, Mariene Lee, dan Sangeeta Raja digerakkan oleh perubahan struktur masyarakat (populasi penduduk) dan dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu kesehatan, ekonomi, pendidikan dan dukungan pemerintah.[12] Kesehatan dalam memengaruhi bonus demografi dilihat melalui peningkatan atau penurunan jumlah kelahiran dan kematian.[13] Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh akses kelahiran, kesehatan reproduktifitas dan penguatan sistem kesehatan. Kesehatan dalam bonus demografi memengaruhi struktur masyarakat, fertilitas,  dan mortalitas.
Pendidikan yang dimaksud adalah kualitas dan kuantitas. Kualitas dilihat pada keberhasilan penanaman dan pengembangan skill,edukasi taktical, dan akses pada pekerjaan.[14] Pendidikan sebagai jalan untuk mendapatkan akses pekerjaan dengan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat men genai kesehatan, sistem perekonomian, dan faktor lainnya. Pendidikan yang meningkatkan penerimaan pekerjaan dianggap dapat memengaruhi total kelahiran dan menurunkannya, sehingga pertumbuhan populasi tidak akan mengalami pelonjakan yang sangat signifikan. Hal ini dijelaskan dengan logika, jika masyarakat berpendidikan, maka akan lebih mudah akses terhadap pekerjaan. Jika akses pada pekerjaan mudah didapat dan kemudian baik wanita atau pria mengurus pekerjaan, akan lebih sedikit waktu dirumah. Jika lebih sedikit waktu di rumah, maka akan menurunkan reproduksi pria dan wanita sehingga angka kelahiran bayi dapat dijaga agar tidak melonjak secara signifikan.
Dalam ekonomi, bonus demografi ditekakan pada kemampuan beradaptasi-nya kebijakan perekonomian dengan perubahan pada struktur masyarakat. Namun faktor ekonomi lebih ditekankan secara spesifik kepada peningkatan investasi dan kemudahan dalam memperoleh pekerjaan (enterpreneurship dan pemanfaatan lapangan kerja yang ada). Arti kata dari investasi sendiri adalah penanaman uang atau modal untuk memperoleh keuntungan.[15]  Dalam hal ini, kebijakan ekonomi diharapkan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perekonomian masyarakat baik melalui lapangan pekerjaan yang sudah ada, atau dengan membuat lapangan pekerjaan baru atau memberikan pinjaman kepada masyarakat untuk membuka usaha sendiri. Kemudahan memperoleh pekerjaan sendiri dilihat melalui keterbukaan pasar, insentif, total pekerja dan pengangguran, serta akses kredit untuk membuka usaha.
Dukungan pemerintah dalam pemerintahan dilihat melalui pengembangan pada ketiga aspek diatas. Dukungan pemerintah dijadikan takaran seberapa responsif pemerintah akan ketiga aspek yang memegaruhi bonus demograf diatas. Pemerintah disini memiliki peran penting dalam mengembangkan ketiga aspek diatas karena pemerintah dianggap badan otoritas legal yang dapat mengatur dan memaksa masyarakat untuk mengikuti apa yang diintruksikan
Program Kerja IFC
IFC adalah salah satu organisasi yang berada dibawah naungan World Bank yang berisi pula anggota-anggota World Bank.[16] Namun IFC adalah entitas legal yang terpisah dari WorIld Bank. IFC didirikan pada tahun 1956 yang merupakan grup atas 184 anggota yang menentukan kebijakan strategis dalam meningkatkan kebijakan perekonomian.[17]
Program kerja IFC mencakup dua sektor; yaitu barang dan jasa, serta pengembangan skill. Melalui sektor barang dan jasa, IFC berusaha untuk mengembangkan beberapa hal seperti pinjaman, keadilan, perdagangan dan dukungan finansial, kerjasama, perbendaharaan solusi, pelaporan, dan manajemen aset. Sedangkan dalam sektor pengembanga skill, IFC berusaha untuk mengembangkan bidang agribisnis dan kehutanan; institusi keuangan; pembiayaan; kesehatan dan edukasi; infrastruktur; manufaktur; minyak, gas, dan mineral; kerjasama publik-privat;serta telekomunikasi, media, dan teknologi.
Seperti yang telah disampaikan pada metodologi penelitian, penelitian ini akan menyeleksi terlebih dahulu kategori yang akan digunakan dalam menganalisa. Adapun kategori penelitian tersebut diambil melalui kedua sektor program kerja IFC (barang dan jasa, serta pengembangan skill). Dari sektor barang dan jasa, akan dianalisa melalui perdagangan dan dukungan finansial. Sedangkan dari sektor pengembangan skill akan diambil program kesehatan dan edukasi. Diambilnya kedua kategori tersebut karena kedua kategori tersebutlah yang dimasukkan dalam pengaruh keberhasilan bonus demografi.
Tabel 1. Pendukung Keberhasilan Bonus Demografi
Struktur Masyarakat
Dukungan Pemerintah
Edukasi
Kesehatan
Ekonomi
Bonus Demografi
Tabel 2. Program Kerja IFC yang berhubungan dengan keberhasilan bonus demografi.
Struktur Masyarakat
IFC
Edukasi dan Kesehatan
Perdagangan
Bonus Demografi
Pengaruh Program Kerja IFC Terhadap Bonus Demografi di Sub-Sahara Afrika
Penulis dalam penelitian ini melihat IFC sebagai bentuk integrasi ragional. Integrasi regional dapat dilihat melalui program kerja IFC karena IFC sebagai organisasi supranasional telah meningkatkan kooperasi, homogenitas nilai di antar-negara di Sub-Sahara Afrika dengan negara di dunia, yang juga menjadikan Sub-Sahara Afrika sebagai bagian masyarakat global. Adapun IFC sebagai organisasi supranasional memiliki peran penting dalam menangani keberhasilan region Sub-Sahara Afrika dalam menghadapi bonus demografi dengan mengkontribusikan perannya melalui sektor yang akan dibahas ini.[18] IFC dianggap memengaruhi bonus demografi di Sub-Sahara Afrika dengan menganggap bahwa IFC adalah bentuk dari gerakan dan faktor dukungan pemerintah yang telah disebutkan memengaruhi bonus demografi. Adapun keberhasilan yang dicapai adalah sebagai berikut.
Pendidikan dan Kesehatan
Seperti yang telah dikatakan diatas, pendidikan yang dimaksud adalah kualitas dan kuantitas pendidikan, yang dapat dilihat pada keberhasilan penanaman dan pengembangan skill,edukasi taktical, dan akses pada pekerjaan. IFC berhasil memengaruhi keberhasilan dalam bidang pendidikan karena IFC dengan memetakan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman pada pendidikan dan berusaha untuk memperbaikinya. Dari sektor pendidikan, diketahui bahwa peningkatan yang dibawa IFC dalam perbaikan kualitas pendidikan di region Sub-Sahara Afrika mencapai 63%.[19] Walaupun demikian besar pengaruh yang diberikan IFC, dalam evaluasi yang dilakukan, masih kurangnya dalam pengakuan karena kurang berposisinya gerakan sektor ini di masyarakat.
At appraisal, IFC was expected to give credibility to the new companies involved, especially in its dealings with schools, parents, and state and national governments. However, indications are that IFC’s participation did not enhance the project’s credibility and adoption.[20]
Hal ini juga menunjukkan bahwa IFC mempengaruhi secara positif bonus demografi yang terjadi di region Sub-Sahara Afrika dengan mengevaluasi bukan hanya pada besar investasi atau nilai perubahan yang terjadi, namun juga melihat kepuasan masyarakat dan perkembangan masyarakat di daerah yang diberikan bantuan.
Kesehatan dalam memengaruhi bonus demografi dilihat dalam memengaruhi tingkat fertilitas dan mortalitas serta melihat pengeluaran negara dalam meningkatkan akses kelahiran, kesehatan reproduktifitas dan penguatan sistem kesehatan. Adapun IFC dalam bidang kesehatan memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan anggaran kesehatan di region Sub-Sahara Afrika, dari US$97 miliar dana kesehatan yang dimiliki oleh region Sub-Sahara Afrika,[21] US$25-30 miliar berasal dari investasi IFC pada bidang kesehatan.[22] Berarti 30% dana kesehatan di region Sub-Sahara Afrika dipengaruhi oleh investasi IFC.
Dengan begitu besar-nya peran IFC dalam sektor edukasi dan kesehatan, diharapkan bonus demografi membawa dampak positif. Adapaun keberhasilan dalam dua sektor ini diharapkan membawa perubahan pada penurunan tingkat populasi dan tingkat kematian berkala yang diakibatkan meningkatnya pekerja (sehingga pekerja akan memiliki waktu lebih sedikit di rumah dan hasilnya akan mengurangi jumlah kelahiran) dan pengetahuan mengenai pentingnya bonus demografi dan kesehatan.
Ekonomi
Pada penjelasan diatas,  ekonomi dalam bonus demografi ditekakan pada peningkatan investasi dan kemudahan dalam memperoleh pekerjaan (enterpreneurship dan pemanfaatan lapangan kerja yang ada). Jika mendalami pengertian yang disajikan ini, kemampuan masyarakat dalam memiliki pekerjaan dan mengembangkan perekonomian (makro dan/atau mikro) menjadi ukuran keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi. Peran IFC dalam pengembangan perekonomian di region Sub-Sahara Afrika adalah memberikan pinjaman pada usaha kecil sebesar US$7,6 juta da pemberian pinjaman mikro pada individu sebesar US$59 juta. Pinjaman tersebut digunakan untuk membuat usaha baru seperti pembuatan souvenir, pembuatan rajutan, jual beli teknologi,dll.[23]
Selain memberikan pinjaman untuk usaha mikro dan pinjaman individu, IFC juga meningkatkan layanan finansial di Sub-Sahara Afrika. Layanan Finansial yang diperbaiki oleh IFC adalah pembuatan akun bank untuk masyarakat demi meningkatkan kemampuan menabung masyarakat dan bersama pemerintah membuka pasar untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan ke-luar region Sub-Sahara Afrika. Bantuan membuka pasar ini meningkatkan pemasukan makro dari sektor mikro meningkat tiga kal lipat dari 2005 ke 2008, yaitu dari US$800 juta menjadi US$2,2 miliar.[24]
IFC juga berpengaruh positif bagi pertumbuhan perekonomian di region Sub-Sahara Afrika dengan meningkatkan produktivitas dan pendapatan individu. Pembuatan lapangan pekerjaan berarti produktifitas masyarakat meningkat dan produktivitas masyarakat menjadi indikasi meningkatnya pendapatan individu.[25] Pendapatan individu dan pendapatan sektor mikro lainnya meningkat, berarti pendapatan per-kapita meningkat. Jika pendapatan per-kapita menignkat, berarti terjadi pula kenaikan kualitas perekonomian masyarakat dalam kawasan tersebut.



Kesimpulan
IFC sebagai organisasi supranasional yang berada dibawah naungan World Bank memiliki peran positif dalam meningkatkan keberhasilan bonus demografi yang terjadi di region Sub-Sahara Afrika. IFC sendiri ditujukan bukan hanya untuk perbaikan kualitas perekonomian di region Sub-Sahara Afrika namun juga di dunia secara global, dan diutamakan bagi negara berkembang yang sangat membutuhkan.
Peran IFC mulanya dapat terlihat melalui program kerja yang selaras dengan aspek penunjang keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi. Lebih spesifik lagi, peran positif IFC dalam bonus demografi di region Sub-Sahara Afrika dapat dilihat melalui tiga programnya. Adapun peran positif yang terjadi berkat IFC ada dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini sendiri selaras dengan aspek yang menurut para ahli menjadi pendorong keberhasilan negara dalam menghadapi bonus demografi.
Perubahan positif pada bidang ekonomi terlihat melalui naiknya pendapatan masyarakat dan pendapatan mikro. Perubahan positif dalam edukasi terlihat melalui perencanaan bersama pemerintah untuk menangani ancaman dan kesempatan dalam bidang edukasi. Dalam bidang kesehatan, ada peningkatan pada anggaran kesehatan secara signifikan.


Daftar Pustaka
Bryman, Alan. 2012. Social Research Methods(4th edition). Oxford University Press.
Canning, David, dkk. Africa’s Demographic Transition: Dividend or Disaster. World Bank: Francaise de Development and the World Bank.
Chang, Ha Joon. 2010. 23 Things They Don’t Tell You About Capitalism. Allen Lane.
Diez, Thomas, dkk. 2011. Key Concepts in International Relations. Sage Publication.
Griffiths, Martin, dkk. 2008. International Relations: The Keys Concepts Second Edition. Routledge.
IEG (Independent Evaluation Group). 2008. Independent evaluation of IFC’s development result: IFC’s additional in supporting private sector development. Washington.
IFC Advisory Services in Sustaiable Business. 2011. Sustaiable Investment in Sub-Saharan Africa. Washington DC.
KBBI(Kamus Besar Berbahasa Indonesia)
Vertigans, Stepen, dkk. 2016.  Corporate Social in Sub-Saharan Africa: Sustainable Developmen in its Embryonic Form. Springer.






[1] Canning, David, dkk. Africa’s Demographic Transition: Dividend or Disaster. World Bank: Francaise de Development and the World Bank. (halaman: 129)
[2] Ibid. (halaman: 43)
[4] Penggunaan region oleh penulis dikarenakan ditakutkan akan adanya kesalahan dalam mengartikan dalam bahasa indonesia region dalam konteks geografis(area) dan region sebagai kesamaan nasib, sifat, atau kesamaan lainnya (regional), sehingga dalam penulisan kali ini region diartikan aebagai keduanya.
[7] Griffiths, Martin, dkk. 2008. International Relations: The Keys Concepts Second Edition. Routledge. (halaman: 157)
[8] Ibid. (halaman: 280)
[9] Diez, Thomas, dkk. 2011. Key Concepts in International Relations. Sage Publication. (halaman: 187)
[10] Bryman, Alan. 2012. Social Research Methods(4th edition). Oxford University Press. (halaman 402)
[11] Ibid. (halaman: 566-569)
[13] Canning, David, dkk. Africa’s Demographic Transition: Dividend or Disaster. World Bank: Francaise de Development and the World Bank. (halaman: 46)
[14] Ibid. (halaman: 111)
[15] KBBI(Kamus Besar Berbahasa Indonesia)
[16] Lima organisasi berbeda yang berada dibawah naungan world bank adalah: (1)International Bank for Reconstruction and Development, (2)International Development Association, (3)International Finance Corporation, (4)Multilateral Investment Guarantee Agency, dan (5)International Centre for Settlement of Investment Disputes. http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/corp_ext_content/ifc_external_corporate_site/about+ifc_new/IFC+Governance diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 17:59 WIB.
[17] http://www.worldbank.org/en/about/leadership/governors diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 18:06 WIB.
[18] Vertigans, Stepen, dkk. 2016.  Corporate Social in Sub-Saharan Africa: Sustainable Developmen in its Embryonic Form. Springer. (halaman: 98)
[19] IEG (Independent Evaluation Group). 2008. Independent evaluation of IFC’s development result: IFC’s additional in supporting private sector development. Washington. (halaman: 10)
[20] Ibid. (halaman: 65)
[21] www.data.worldbank.org/API_SE.XPD.TOTL.GD.ZS_DS2_en_excel_v2 diakses pada 2 Januari 2017 Pukul 15:49 WIB.
[24] IFC Advisory Services in Sustaiable Business. 2011. Sustaiable Investment in Sub-Saharan Africa. Washington DC. (halaman: 3)
[25] Chang, Ha Joon. 2010. 23 Things They Don’t Tell You About Capitalism. Allen Lane. (things number  3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar