Penerapan
The World Bank Group’s Country Partnership Strategy (CPS) di Mongolia
Pendahuluan
Permaslahan
ekonomi adalah permasalahan dunia yang menyebabkan banyak efek domino. Akibat
lemahnya perekonomian, suatu negara dapat mengalami banyak krisis seperti
kemiskinan, krisis makanan atau kelaparan, tidak terpenuhinya nutrisi pangan,
rendahnya kualitas pendidikan dan banyak krisis lainnya. Penanganan yang telah
dilakukan oleh pemerintah setiap negara juga telah melalui banyak percobaan,
baik dari kebijakan ekonomi maupun kebijakan politiknya. Tidak hanya negara,
organisasi atau institusi supranasional pun ikut mencari cara penyelesaian
kemiskinan di setiap negara di dunia. World
Bank adalah salah satu organisasi supranasional yang memkirkan masalah
penyelesaian kemiskinan di seluruh dunia. gerakan nyata yang diambil oleh World
Bank dalam usaha menangani kemiskinan adalah dengan pembuatan Country Partnershir Strategy (CPS) .“The
CPS aims to alleviate the two main causes of poverty and hardship in lack of
opportunities to earn income and inadequate access to services”.[1]
Mongolia
merupakan salah satu negara yang mengikuti program ini untuk mencapai tujuan
dari CPS sendiri dalam mengurangi kemiskinan dan sulitnya akses pada
kesempatan. Maka tulisan ini akan membahas keberhasilan tiga fukos utama
Mongolia dalam sistem kerja CPS.
Pembahasan
Sebelum kita
membahas lebih jauh mengenai penerapan CPS di Mongolia, terlebih dahulu, kita
perlu mengetahui apa itu CPS. Country
Partnershir Strategy (CPS) seperti yang sudah kita ketahui diatas adalah
program kerja World Bank dalam usaha pengentasan kemiskinan dan sulitnya akses
pada kesempatan pencarian kerja. CPS sendiri memiliki 5 tujuan utama, yaitu[2]:
Improving electricity supply and efficiency
while setting the stage to increase the use of renewable energy,
Enhancing telecommunications access and
affordability,
Increasing
fishing revenue while managing fisheries
sustainably,
Strengthening
the investment climate, and
Improving the
management of the impacts of climate
change and natural hazards
Dalam
penerapan CPS, ternyata Mongolia mengambil atau menggunakan sistem yang agak
berbeda dari apa yang disampaikan CPS itu sendiri. Mongolia membagi penerapan
CPS menjadi tiga bagian, yaitu: pengembangan trasparansi ekonomi, membangun
perekonomian yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah terlinggal, serta
pengembangan jasa dalam negara.[3]
Dala penerapan CPS, faktor yang paling memengaruhi pertumbuhan perekonomian
Mongolia adalah pengembangan dalam bidang jasa (edukasi, kesehatan, dan
infrastruktur), yang bisa kita lihat pada data dibawah, bahwa capaian-capaian
yang dcantumkan ada pada tiga aspek ini, yaitu:
Edukasi
Pendidikan
adalah refleksi atas keadaan ekonomi, sosial, dan budaya negara. Perbaikan pada
sistem penddikan dilakukan untuk melatih kemampuan masyarakatnya sehingga dalam
lebih mudah dalam mencari pekerjaan.[4]
Dalam bidang edukasi, mongolia dikatakan baru menstabilkan pendidikan didalam
negaranya. Hal ini dikarenakan adanya efek komunisme Rusia yang tertinggal di
Mongolia yang membuat negara ini memiliki akses yang terbatas dalam pendidikan
karena dalam menempuh pendidikan, diperlukan status kelas atau kasta yang
tinggi.[5]
Diketahui bahwa transisi ini baru terjadi sejak tahun 2003, dan sampai saat ini
masih dalam proses pengembangan pendidikan.
Dalam bidang
pendidikan, Mongolia membentuk program Rural Education and Developent (READ)
yang bertujuan untuk membangun bidang materiil dari pendidikan yang ada di
Mongolia. Pembangunan yang dilakukan seperti pembangunan 3,560 ruang kelas
perpustakaan untuk jenjang pendidikan 1-5 sekolah dasar di 383 sekolah
pedalaman di Mongolia, perekrutan 4.144 guru sekolah dasar, 10.000 buku cetak
bagi siswa, pengadaan fasilitas komputerm dan akses penelitian bagi guru-guru.[6]
Kesehatan
Kesehatan dijadikan Mongolia sebagai aspek
perkembangan ekonomi dengan mempertibangkan akan meningkanya pengetahuan
masyarakat mengenai risiko-risiko penyakit yang akan dihadapi dan
penanganannya. Dikatakan bahwa penanganan yang tepat dari segi kesehatan sangat
perlu dilakukan, namun yan bisa menjadi alternatif lainnya adalah investasi
untuk jaminan kesehatan.[7]
Dalam bidang
kesehatan, Mongolia melakukan penguatan dalam banyak bidang kesehatan terutama
dalam managemen dan program yang ada dalam rumah sakit-rumah sakit yang ada di
Mongolia. Mongolia (National Emergency Management Agency, the Department
of Veterinary Services of the Ministry of Food, the Agriculture and Light
Industry of the Ministry of Health )bekerjasama dengan Cina dan Rusia dalam
proses ini. hal ini dilakukan juga demi mencegah dan menangani wabah yang ada,
yaitu Avian and Human Endemic Influenza (AHI). Adapun penerapan yang dilakukan
oleh mongolia adalah membentuk pelatihan pengelolaan rumah sakit, penelitian
mengenai wabah-wabah yang dibiayai pemerintah, perevisian pada penerapan sistem
kerja dan penanganan pasien, serta perluasan jaringan informasi untuk
memperdalam kemampuan komunikasi.[8]
Infrastruktur
Infrastruktur
adalah segenap pendukung kegiatan atau akomodasi atas kegiatan. Pengembangan
infrastruktur dilakukan guna mendapatkan mobilitas yang lebih mudah sehingga
kegiatan perekonomian juga dapat lebih mudah dilakukan. pengembangan
infrastruktur dilakukan untuk mendapatkan jaminan atas lebih muraahnya barang
dan jasa yang didapat.[9]
Pengembangan
infrasrtruktur yang dilakukan oleh Mongolia dilakukan oleh Information
Communication Infrastructure Development Project (ICIDP) dan dibantu oleh World
Bank dalam hubungan kerjasama privat dan publik, beberapa program yang
dilakukan anara lain pembangunan pusat akses telepon modern dan internet di 360
desa di Mongolia, mendorong untuk melakukan investasi, dan penyisihan anggaran
pemerintah guna pemenuhan akses pada telekomunikasi dan layanan internet.[10]
Hasil
Atas hasil penerapan dan perubahan sistem di mongol, banyak perubahan yang terjadi, dalam bidang pendidikan, tingkat membaca anak yang berada di sekolah dasar mengalami peningkatan. Dalam bidang kesehatan, terlihat kenaikan investasi atas kesehatan terus meningkat. Dari segi infrastruktur telah dibangunnya sarana dan prasarana penunjang mobilitas, hasil pencapaian-nya dapat kita lihat pada tabel dibawah in[11]:
Atas hasil penerapan dan perubahan sistem di mongol, banyak perubahan yang terjadi, dalam bidang pendidikan, tingkat membaca anak yang berada di sekolah dasar mengalami peningkatan. Dalam bidang kesehatan, terlihat kenaikan investasi atas kesehatan terus meningkat. Dari segi infrastruktur telah dibangunnya sarana dan prasarana penunjang mobilitas, hasil pencapaian-nya dapat kita lihat pada tabel dibawah in[11]:
Tabel
pencapaian sasaran kerja CPS d Mongolia

Selain
pencapaian tersebut, dari segi ekonomi juga dapat dilihat bahwa pertumbuhan
ekonomi mengalami kamajuan terus menerus seperti yang dinyatakan pihak World
Bank
As of April 2016, the Bank's portfolio in Mongolia has
total commitments of $188.14 million, composed of 8 operations financed by
IDA credits totalling $163.45 million and 12 trust funds totalling $24.69
million.
Kesimpulan
Country
Partnership Strategy adalah program pengentasan kemiskinan dan sulitnya akses
pada kesempatan. CPS di Mongolia dlakukan dengan menekankan pada tiga aspek,
yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastuktur. Perubahan besar terjad di ketiga
aspek tersebut,Dari ketiga hal itu, semuanya hampir mencapai keberhasilan
seberan 50%. Hal ini tidak lepas dar dukungan World Bank dan kerjasama antar
aktor dalam Mongolia. dalam bidang pendidikan, tingkat membaca anak yang berada
di sekolah dasar mengalami peningkatan. Dalam bidang kesehatan, terlihat
kenaikan investasi atas kesehatan terus meningkat. Dari segi infrastruktur
telah dibangunnya sarana dan prasarana penunjang mobilitas. j

Theresia
Cassandra Saka V
1416071079
HI di Asia
Timur
Referensi:
Chapman,
David dan Ann E. Austin. 2002. Higher Education in The Developing World:
Changing Contexts and Institutional Responses. Massacusetts: USA.
Hanson,
Jennifer. 2003. Bation in Transition: Mongolia. Facts on File: USA.
Oxford
Bussiness Group. The Report: Mongola 2014.
[1] http://www.worldbank.org/en/news/press-release/2014/06/06/first-country-partnership-strategy-with-the-federated-states-of-micronesia diakses
pada 5 Desember 2016 Pukul 23:47 WIB.
[2] Ibid.
[3] http://www.worldbank.org/en/country/mongolia/overview#2 diakses pada 5 Desember 2016 Pukul 08:00 WIB
[4] Chapman,
David dan Ann E. Austin. 2002. Higher Education in The Developing World:
Changing Contexts and Institutional Responses. Massacusetts: USA. (halaman 146)
[5] Hanson,
Jennifer. 2003. Bation in Transition: Mongolia. Facts on File: USA. (halaman
20)
[6] http://www.worldbank.org/en/results/2014/04/11/mongolia-improved-education-quality-in-rural-primary-schools diakses pada 5 Desember 2016 Pukul 08:10
WIB.
[7] Oxford
Bussiness Group. The Report: Mongola 2014. (halaman 80)
[8] http://www.worldbank.org/en/results/2013/04/08/better-prepared-for-avian-and-human-influenza diakses pada 5 Desember 2016 Pukul 08:12
WIB.
[9] Oxford
Bussiness Group. The Report: Mongola 2014. (halaman 42)
[10] http://www.worldbank.org/en/news/feature/2014/10/20/how-telecommunications-changed-the-lives-of-herders-in-mongolia diakses pada 5 Desember 2016 Pukul 08.30 WIB
[11] World Bank. International
Bank For Reconstruction And Development And International Development
Association And International Finance Corporation And Multilateral Investment
Guarantee Agency Country Partnership Strategy For Mongolia For The Period
Fy2013-2017. (halaman 76)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar