Kamis, 16 Maret 2017

EFEKTIFITAS PENERAPAN KEBIJAKAN POROS MARITIM DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN INDONESIA ERA JOKOWI

EFEKTIFITAS PENERAPAN KEBIJAKAN POROS MARITIM DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN INDONESIA ERA JOKOWI



Disusun oleh
Derick Christiansen Huliselan
Rina Junita Sugianto
Theresia Cassandra SV

BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim yang memiliki wilayah perairan terluas, lebih luas dari wilayah daratan.[1] Luas wilayah laut indonesia 5,8 juta km2 atau sekitar 2/3 dari seluruh wilayah NKRI yang terdiri dari Perairan territorial 3,1 juta km2, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2 dengan Jumlah pulau 17.504 pulau dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km.[2] Sebagai negara maritim indonesia sudah mendapatkan pengakuan dari hukum laut internasional 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982). Dengan adanya pengakuan dari lembaga tersebut sekaligus menetapkan indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri atas 5 kepulauan besar dan banyak kepulauan kecil yang saling berdekatan. Wilayah daratan NKRI terdiri atas semua pulau-pulau milik indonesia yang berada disebelah dalam garis pangkal kepulauan indonesia, sedangkan sebagai negara kepulauan maka wilayah indonesia terdiri atas perairan pedalaman, perairan kepulauan (archipelagic waters), laut wilayah, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landasan kontinen.[3]
Potensi sumber daya laut indonesia sangatlah besar dari total 60 Cekungan Migas di Indonesia, yakni sekitar 70% berada dilaut serta indonesia memiliki Cadangan Minyak Bumi 9,1 miliar Barel di laut dan Sebagian besar obyek wisata di Indonesia terkait dengan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.[4] Selain potensi gas dan minyak bumi kekayaan potensi sumber daya perikanan indonesia sangat besar. Indonesia dikenal dunia internasional sebagai Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, tak heran indonesia menyandang gelar tersebut karena laut indonesia terkenal memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya didunia. Terdapat Sekitar 8.500 species ikan di indonesia yang merupakan 37% dari spesies ikan dunia,
555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang dengan potensi sumberdaya perikanan tangkap laut indonesia adalah sekitar 6,5 juta ton/tahun.[5]
Di era kepemimpinan saat ini, Joko Widodo mencanangkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dimana upaya pengembangan ekonomi berbasis maritim terus di lakukan guna terciptanya kesejahteraan baik dikalangan pelaku industri dan juga kalangan nelayan sekalipun. Salah satu rencana pembangunan dalam menunjang potos ekonomi maritim adalah pembangunan tol laut. Dengan jumlah pulau yang sangat banyak yaitu 17.504 pulau, tentunya membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk mengintegrasikan banyak pulau tersebut. Diketahui bahwa kebijakan ini sudah mulai dilaksanakan. Namun belum diketahui apakah cara ini efektif dalam meningkatkan kesejahteraan Indonesia.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas penerapan kebijakan poros maritim di Indonesia dan efektifitasnya pada pembangunan ekonomi Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan apa saja upaya yang dilakukan Pemerintah dalam meningkatkan Ekonomi Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai keberhasilan peningkatan ekonomi Indonesia dengan mendasarkan pembangunan ekonomi pada aspek maritim.
1.5.Metode Penelitian
Kami menggunakan metode berpikir deduktif dengan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini. Data yang kami gunakan kami dapatkan dari data sekunder yang merujuk pada sumber tertulis dari media cetak dan elektronik.



1.6. Literature Review
Penekanan perekonomian pada sektor maritim di Era Joko Widodo diterapkan karena faktor wilayah Indonesia yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan Sekarang kita akan membahas teori-teori yang menyatakan pendapatnya mengenai penekanan ekonomi pada basis maritim.
Menurut Tumpal Manik, ekonomi maritim merupakan salah satu cara untuk mengurangi hutang negara. Terutama jika kita menggunakan cara berpikir kalau luas wilayah menentukan pendapatan negara, jelas wilayah perairan Indonesia sangat luas. Karena luasnya wilayah ini,kalau kita persepsikan pendapatan negara di darat dan laut sama per ukuran luasnya, maka jelas pendapatan Indonesia dari sektor maritim akan jauh lebih besar dari pendapatan sektor agraris. Karena itulah pengambilan kebijakan ekonomi maritim dianggap tepat bagi Indonesia karena Indonesia sendiri merupakan negara dengan wilayah laut yang sangat luas. Adapun pengembangan ekonomi ini diutamakan pada sektor transportasi walau didalamnya mencakup aspek pariwisata industri, tourism, pengolahan sumber daya alam.[6]
Alasan lain yang mendukung Indonesia menerapkan ekonomi poros maritim adalah Islamic Fishing Financing. Menurut teori ini, Indonesia melakukan langkah yang tepat karena dua alasan. Pertama, Indonesia adalah negara mayoritas muslim, dimana negara dengan penduduk mayoritas muslim akan mendukung adanya sistem ekonomi syariah. Adapun sistem ekonomi syariah adalah: (1) pengeluaran digunakan untuk investasi, (2)real purpose, (3)kepemilikan atas investasi yang proporsional. Maksud ekonomi syariah sendiri bukannya tidak membolehkan penganutnya mengambil keuntungan melainkan kapital yang ada digunakan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan perekonomian penduduk. Alasan kedua adalah wilayah perairan dan daratan Indonesia yang luas. Keunggulan dalam wilayah yang luas ini maksudnya kita dapat mengembangkan perekonomian dengan pembangunan industri perkapalan di Indonesia dan dapat mendemonstrasikan hasil industri perkapalan kita secara langsung untuk mendukung peningkatan pendapatan.[7]
Industri Maritim telah memberikan pertumbuhan yang luar biasa dari perdagangan. Pelayaran menjadi kekuatan utama di wilayah maritim suatu negara untuk melakukan perdagangan melalui jalur laut. Dalam buku ini, menunjukkan bahwa industri transportasi telah menjadi salah satu kekuatan utama dari sebuah sistem yang pada dasarnya bersifat nasional menjadi ekonomi global yang eksis saat ini. Hal ini jelas menjadi keuntungan Indonesia jika dapat dijalankan  dengan baik. Mengingat daya tarik pariwisata di Indonesia sangat tinggi, memungkinkan pelayaran menjadi daya tarik baru yang naik daun. Dengan kata lain, yang menunjang segala aspek(ekonomi, politik, keamanan, sosial, dan budaya) adalah transportasi, dan menjadi sebuah keunggulan sendiri jika memiliki wilayah perairan yang luas karena semua aspek itu seharusnya bisa dikembangkan secara maksimal..[8]
Tiga teori diatas menyatakan mengenai dukungannya terhadap pengalihan perekonomian yang bertumpu pada aspek maritim, selanjutnya, dua konsep dibawah ini akan lebih membahas pada keberhasilan ekonomi satu negara.
Sikap kooperatif menjadi kunci penentu dalam pengembangan ekonomi maritim. Faktor yang memengaruhi perkembangan ekonomi maritim adalah interaksi ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia dalam kawasan negara itu sendiri. Adapun sikap kooperatf yang dimaksudkan adalah kooperatif dalam penjalanan perubahan rezim yang disertai perubahan dimensi dan strategi yang diterapkan.[9]
Perencanaan pembangunan disusun berdasar kerangka pemikiran filosofi mengenai bagaimana pembangunan berlangsung; hanya sebagian merupakan aplikasi ekonomi, sedangkan bagian lainnya merupakan kompromi politik. Pendapat ini jelas sekali berseberangan dengan teori dan konsep yang sudah dijelaskan diatas. Kita juga dapat menarik kesimpulan disini bahwa sehebat apa pun rencana perekonomian kita, tidak akan berhasil jika tidak disertai tindakan politis.[10]
Dari pemaparan diatas, diketahui bahwa ekonomi maritim menekankan pada aspek wilayah dan transportasi. Dari kedua aspek tersebutlah, aspek yang lain seperti perdagangan, pariwisata, pembangunan dan aspek-aspek lainnya dapat berkembang. Namun kembali lagi, walaupun kedua aspek tersebut telah dikembangkan dan akhirnya mengakibatkan aspek lainnya berkembang, perekonomian akan tetap stagnan jika sikap kooperatif yang dalam hal ini adalah sikap berpolitis tidak juga dikembangkan.
1.7. Kerangka Berpikir
Menurut Schemerbon John.R.Jr, efektifitas adalah pencapaian target output diukur dengan membandingkan rencana capain output dan output yang telah dicapai. Akan efektif jika nilai output yang telah tercapai adalah sama dengan atau lebih dari rencana capaian output. Adapun pengukuran efektifitas menurut Campel J.P adalah dengan melihat keberhasilan program, sasaran, kepuasan, tingkat output dan input, serta pencapaian tujuan secara menyeluruh.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal Mula Kebijakan Poros Maritim Indonesia
Kebijakan ekonomi maritim seperti yang telak kita ketahui berawal dari pidato kenegaraan pertama Jokowi yang berbunyi:
“Saya ingin membuktikan bahwa kita tidak boleh lagi memunggungi samudera dan laut. Laut kita yang terbentang luas, memiliki potensi ekonomi, potensi pertahanan, dan potensi persatuan. Lingkungan laut yang kini terancam oleh perubahan iklim perlu kita selamatkan. Kita juga harus melindungi laut kita dari ancaman keamanan seperti pencurian ikan dan penjarahan sumber daya laut. Kapal-kapal yang tertangkap harus menghadapi ketegasan kita, termasuk ditenggelamkan. Hukum internasional juga menentang pencurian ikan dan penjarahan sumber daya laut..
Salah satu agenda saya yang terpenting adalah mewujudkan tol laut. Tol laut  yang menjadi bagian dari infrastruktur maritim akan dilengkapi dengan galangan-galangan kapal yang produktif. Insya Allah, kebijakan ini akan mendorong peningkatan ekonomi maritim yang berkesinambungan, kelestarian laut,  dan tata ruang laut yang baik. 
Seiring dengan itu, kita juga harus menggali lagi budaya maritim dan identitas maritim bangsa Indonesia. Kita harus mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa maritim. Bangsa yang menjaga dan mendayagunakan lautnya dengan penuh kesungguhan. 
Itulah bagian awal dari upaya kita untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim yang tidak saja digagas untuk menciptakan ketahanan nasional tetapi juga ketahanan regional dan global. Strategi inilah yang tengah digodok dan akan dituangkan menjadi Kebijakan Kelautan Nasional Indonesia.”[11]
Mulai dari pidato diatas lah, Indonesia mulai berfokus pada pembangunan yang berbasis maritim. Dari pidato diatas, jokowi jelas menekankan pada beberapa hal. Pertama, Jokowi ingin mempertegas kedaulatan Indonesia di perairan dengan pernyataan tegas dalam menghukum pelanggaran terhadap kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia dengan menenggelamkan kapal. Kedua, pembangunan ekonomi melalui pembangunan tol laut yang diharapkan akan ikut serta mengembangkan perekonomian, pertahanan dan kesatuan di wilayah perairan Indonesia. Ketiga, menggali budaya maritim yang ada di Indonesia.
Dari ketiga poin diatas, jelas terlihat bahwa jokowi sudah mengarah pada gagasan yang diajukan Martin Stophord yang menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dapat dicapai dengan pembangunan transportasi. Setelah transportasi dibangun, maka pembangunan aspek lain dapat terlaksana dengan baik. Adapun permasalahan pembangunan industri sendiri terlihat tidak terlalu ditekankan oleh Jokowi. Karena itu, kami akan menilik efektifitas dari pelaksanaan ketiga kebijakan poros maritim dibawah ini.


2.2. Efektifitas Pencapaian Sasaran Pembangunan Tol Laut
Kami akan membahas poin pertama yang ditegaskan Jokowi, yaitu efektifitas pembangunan tol laut. Pembangunan ekonomi melalui pembangunan tol lalut yang diharapkan akan ikut serta mengembangkan perekonomian, pertahanan dan kesatuan di wilayah perairan Indonesia. Sebagai agenda yang secara pribadi dan lugas dalam pidato kepresidenan, nampaknya pembangunan tol laut bukan lagi menjadi canangan semata.
Tol Laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang berlayar secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.[12] Selain menghubungkan koneksi antar pulau, tol laut juga membantu akses niaga dan industrialisasi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat yang kemudian berdampak bagi ekonomi negara.  Salah satu untuk menunjang proyek tol laut akan berhasil yaitu membangun pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah indonesia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd2zuZDSt5Z5vlqAt5So4OEbZ5wkv13dxdhh89M9Jn2PKaRaYeoRD-G9RDdLACaQ0-tdNBE0g-qwPsyFNtsiklPzzDt-DfKw46zDslO-x_y9i0ZAi3NZwlvvIwvL0QU0tT6M01hyphenhyphen3K4scc/s1600/rancangan-arsitektur-tol-laut-indonesia-02-07-2015-5599c5d3579773b307f680a9.png

Terdapat 7 pelabuhan utama yang akan menjadi pusat pelabuhan untuk mendukung konsep tol laut Joko Widodo, diantaranya yaitu Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) , Pelabuhan Tanjung  Perak (Surabaya), Pelabuhan Makassar (Makassar), Pelabuhan Bitung (Bitung), Pelabuhan Teluk Bintuni (Sorong).
Dimana masing-masing pelabuhan besar tersebut menjadi pusat pemberhentian kapal-kapal dari pelabuhan kecil disekitarnya. Di tahun 2016 saja Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meresmikan beberapa pelabuhan untuk mensukseskan misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewujudkan tol laut. 21 Pelabuhan di Maluku diresmikan Direktur Jenderal Perhubungan Laut A Tonny Budiono. 21 pelabuhan itu terdiri dari 8 pelabuhan di Provinsi Maluku serta 13 pelabuhan di Maluku Utara‎. Pelabuhan Wasior di Kabupaten Teluk Wondama, Papua juga telah resmi untuk di buka dan digunakan untuk memperlancar transportasi laut Indonesia.
Kementrian Perhubungan RI telah mempercepat pembangunan guna mendukung merampungkan pembangunan Pembangunan fasilitas pelabuhan di 91 (sembilan puluh satu) pelabuhan di Indonesia dan siap untuk dioperasikan. Pembangunan infrastruktur pelabuhan ini telah mengacu sistem pembangunan transportasi yang berorientasi pembangunan secara nasional, lokal dan kewilayahan dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan transportasi laut. Dari 91 pelabuhan yang tersebar di Seluruh wilayah Indonesia, 11 lokasi pelabuhan tersebar di wilayah barat indonesia sedangkan 80 lokasi pembangunan pelabuhan tersebar diwilayah timur indonesia.[13] Sebagai tindak lanjut rangkaian kegiatan peresmian 91 infrastruktur pelabuhan tersebut, sebanyak 55 pelabuhan diresmikan dalam kurun waktu bulan April hingga Juni tahun 2016.
Dengan melihat pemaparan data diatas, bisa kita simpulkan bahwa sasaran pembangunan tol laut sudah efektif karena dalam jangka waktu dua tahun sudah mampu membangun lebih dari setengah rencana capaian output.

2.3. Efektifitas Program Peningkatan Sektor Pariwisata
Sektor pariwisata Indonesia merupakan salah satu strategi dari Jokowidodo untuk perkembangan ekonomi di Indonesia, keberagaman objek wisata di Indonesia dan kultur yang beragam menjadi salah satu keunggulan pariwisata di Indonesia. Presiden Jokowi meyakini, sektor pariwisata Indonesia yang sangat menjanjikan  akan menimbulkan multiplier effect yang positif terutama di bidang perekonomian.[14] Dan dibutuhkan berbagai faktor untuk menunjan pariwisata yang ada seperti penerbangan infrastruktur dan event-event pariwisata. Selain itu juga pemerintah membuat berbagai terobosan untuk memajukan pariwisata yang ada di Indonesia seperti:
·         Bebas visa kunjungan singkat pada 90 negara  kebijakan tersebut tertuang dalam Perpres No. 104/2015 tentang Perubahan atas Perpres No. 69/2015 tentang Bebas Visa Kunjungan itu membuka peluang yang sangat besar bagi datangnya wisatawan mancanegara (wisman) dari negara lain di Tanah Air.
·         Perizinan kunjungan kapal asing  ke Indonesia yang diharapkan agar memberi kemudahan terhadap kapal pesiar asing untuk memasuki wilayah Indonesia dan tertera pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 121/2015 dan Perpres No. 105/2015
·         Pengembangan 10 objek wisata yang ada di tanah air seperti Danau Toba (Sumatra Utara), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bromo (Jawa Timur), Labuan Bajo (NTT), Mandalika (NTB), Morotai (Maluku), Yogyakarta, Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Belitung (Bangka Belitung), dan Tanjung Lesung (Banten).
Berdasarkan efektifitas program, kami rasa dengan mengeluarkan sebanyak tiga peraturan dalam kurun waktu dua tahun sudah menandakan pencapaian efektifitas pembangunan program itu sendiri.

3.4. Efektifitas Program Peningkatan Industri Perkapalan
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada sebanyak 250 galangan kapal di Indonesia. Sekitar 70 galangan kapal berada di Batam yang memang menjadi lokasi favorit lantaran kedekatan geografis dengan Singapura.[15] Sebagai industri strategis, perkapalan berperan vital dalam mendukung konektivitas antar wilayah di Indonesia melalui optimalisasi transportasi laut. Untuk itu, industri ini harus mampu menopang dan mendukung pengembangan armada kapal nasional baik melalui pembangunan kapal baru. Industri perkapalan indonesia era Joko Widodo mengalami masa kejayaan, Kementrian Perindustrian Republik Indonesia mengatakan bahwa era Pemerintahan Joko widodo merupakan era terbaik bagi Industri Galangan Kapal. Salah satunya yang mengalami peningkatan pesat yaitu galangan kapal PT Industri Galngan Kapal Indonesia (IKI) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). IKI telah membangun beberapa kapal besar seperti KM Makassar yang merupakan kapal full container 4.180 DWT, Kapal Patroli KRI Andai TNI AL, Ferry Ro-Ro (600 GT), Kapal Perintis yang melayani angkutan barang dan penumpang (750 DWT).[16]
Industri galangan kapal yang juga mengalami kemajuan dibidang industri kapal yaitu PT. PAL Indonesia (Persero) telah memproduksi kapal perang dan merupakan kapal pertama buatan dalam negeri yang di ekspor ke negara asing. Kapal yang diproduksi oleh industri galangan kapal dalam negeri ini di ekspor ke negara Filipina. Indonesia juga akan merilis kembali kapal perang kedua yang akan diekspor ke filipina juga pada Mei 2017 mendatang. PT.PAL merupakan industri Kapal.
PT PAL INDONESIA (Persero) berlokasi di Ujung, Surabaya. Dengan kegiatan bisnis utamanya meliputi :[17]
1. Memproduksi kapal perang dan kapal niaga
2. Memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal
3. Rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan kebutuhan klien
Saat ini PT PAL INDONESIA (Persero) telah menguasai teknologi produksi yang canggih, hingga mampu dan berpengalaman memproduksi kapal Bulk Carrier (Bulker) sampai dengan bobot 50.000 DWT, kapal kontainer sampai dengan 1.600 TEUS, kapal tanker sampai dengan 30,000 DWT, kapal AHTS sampai dengan 5.400 BHP, Kapal Ikan Tuna Long Line 60 GT, kapal penumpang sampai dengan 500 PAX. Sementara itu produk yang telah dikembangkan antara lain kapal kontainer sampai dengan 2.600 TEUS, serta kapal Chemical Tanker sampai dengan 24,000 LTDW.[18]
Dari data diatas, di era Jokowi sendiri hanya tinggal meningkatkan industri galangan kapal yang ada. Peningkatan ini juga kami rasa sudah cukup efektif karena terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam bidang teknologi dan output oleh PT.PAL INDONESIA.

2.5. Efektifitas Pembangunan Ekonomi Berbasis Maritim
Seperti yang telah kita ketahui pada bab 2 makalah ini, telah diketahui bahwa kami akan menilai efektifitas menggunakan proses pembuatan kebijakan yang digagas Easton. Dari segi input, kami mengasumsikan bahwa input berasal dari kebijakan pemerintah yang ada dan penerapannya, kemudian pemrosesan yang dilakukan oleh masyarakat dalam menanggapi input pemerintah yang disini kami anggap juga sebagai keberhasilan pemerintah dalam mensosialisasikan kebijakan yang dimiliki, output yang ada kami lihat dari peningkatan perekonomian yang juga dilihat melalui oeningkatan kesejahteraan.
Pertama, dari segi input yang diberikan pemerintahan berupa kebijakan yang ada, kami mengasumsikan bahwa pemerintah sudah cukup baik dalam melakukan perubahan dimensi dan strategi sistem ekonomi. Hal ini dapat dilihat melalui visi dan misi Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia serta juga anggaran yang diberikan pada masyarakat baik nelayan swasta dan pekerja di kementrian seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Anggaran sektor kelautan.png
Tabel anggaran oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.[19]
Namun kembali dari rincian data diatas, penggunaan dana belum memaksimalkan pada pengembangan maritim di Indonesia tapi baru sekedar peningkatan “penampilan” aparatur dan kantor-kantor balai perikanan.
Kedua, pemrosesan oleh masyarakat. Yang kami maksudkan dengan pemrosesan oleh masyarakat adalah proses dalam menerima dan melaksanakan input yang diberikan pemerintah. Jika melihat pada Provinsi Lampung saja, hampir 80% dari masyarakat yang bekerja sebagai nelayan menggunakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah secara sembarangan. Masyarakat di Provinsi Lampung melakukan penyelewengan terhadap bantuan yang diberikan dengan menjual kembali bantuan berupa barang dan memberikan nota palsu pada pemerintah atas dana yang diberikan.[20] Dari penyelewengan yang terjadi ini, kami menarik kesimpulan bahwa dalam mensosialisasikan kebijakan dan penerapan yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang dalam segi pengawasan.
Ketiga, efektifitas yang terlihat pada output. Kemudian kami melihat keefektifitas-an output melalui peningkatan pendapatan dari sektor laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti beberapa waktu yang lalu mengungkapkan bahwa terdapat potensi peningkatan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 25 triliun rupiah per tahun yang belum dimanfaatkan dari sumber daya ikan dan sumber daya non ikan. Tercatat 70 persen produksi minyak dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan, produksi perikanan tangkap Indonesia berada di peringkat 2 dunia pada tahun 2012, dan luas terumbu karang Indonesia sebesar 85.000 km2 (Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan). Potensi maritim Indonesia yang demikian besar ditangkap sebagai salah satu visi misi unggulan Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Meskipun demikian, di samping potensi besar ekonomi dan ekologi yang tersimpan sebagai negara maritim,  potensi kerusakan alam yang mungkin ditimbulkan akibat eksplorasi berlebihan yang dapat mengancam keberlanjutan pembangunan hendaknya juga mendapat perhatian.[21]
Dari pernyataan diatas, jelas didapat kalau sebenarnya potensi laut di Indonesia sangat besar. Dan tentunya langkah yang tepat untuk menekankan pada ekonomi maritim. Atas penekanan pada ekonomi maritim ini, perekonomian Indonesia ikut terbantu. Pendapatan dari sektor maritim sendiri meningkat sebesar  14,5% atau sebesar 102,5 T. Menurut kami, angka ini cukup besar, sehingga kami menyimpulkan dalam bidang perekonomian, jelas perubahan penekanan ekonomi pada sektor maritim efektiv dalam meningkatkan kesejahteraan Indonesia.[22]



BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Secara keseluruhan, sebenarnya penerapan kebijakan dan pencapaian sasaran dari Kebijakan Ekonomi Maritim ini sudah efektif. Efektifitas ini bisa kita lihat dari efektifitas pembangunan tol laut, efektifitas pengembangan program pariwisata, dan efektifitas peningkatan industri galangan kapal di Indonesia. Selain hal ini, secara keseluruhan juga, kesejahteraan yang kami takar dengan peningkatan pendapatan sektor maritim juga meningkat jauh dari sebelum diberlakukannya kebijakan ekonomi poros maritim.
3.2.  Saran
Seperti yang telah kami paparkan diatas, bahwa kebijakan ini sudah cukup efektif dalam meningkatkan kesejahteraan, tapi masih ada kekurangan yang kami temukan, yaitu kurangnya pengawasan pada peningkatan kesejahteraan dari bidang maritim itu sendiri. Pemberian bantuan untuk mengembangkan sektor maritim oleh masyarakat sudah baik, namun perlu pengawasan dalam pemberian bantuan kepada masyarakat, karena masih banyak yang disalahgunakan oleh masyarakat. Pemberian dana bagi pengembangan edukasi sektor maritim dan pengembangan budidaya sektor maritim juga perlu diperhatikan. Pengalokasian anggaran data lebih baik jangan terlalu banyak untuk dana penunjang fasilitas kantor dan pegawai saja, namun juga kualitas dan kuantitas hasil maritim. Selain itu juga,



Adisasmita, Rahardjo. 2013.  Pembangunan Ekonomi Maritim. Graha Ilmu.
Gupta, Manoj. 2010. The Political Economy of the Asia Pacific: Maritime Regime for Cooperational Region.
Kusasi, Firman. 2013.  Islamic Bond As An Alternative Of Shipping Financing Case Of Malaysia. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Manik, Tumpal, dkk. 2015. Analysis Effect Of Maritime Economics Based On Sea Transportation, Marine Tourism And Fisherish Of Local Goverment Original Revenue And Growth Assets. Indonesia.
Stophord, Martin. 2009. Maritime Economics “third edition”. Routledge.
Artikel Badan Koordinasi survei dan Pemetaan Nasional (www.bakosurtanal.go.id)
BBPBBL Lampung.
Artikel Kementrian Kelautan dan Perikanan. “Mengembalikan Kejayaan Ekonomi Maritim Untuk Kesejahteraan Rakyar.” 2014. (http://www.kadinindonesia.or.id/rapimnaskadin2014/2.%20kelautan.pdf)

“Industri Maritim Butuh Kebijakan Kuat”, dikutip dari (http://www.kemenperin.go.id/artikel/10025/Industri-Maritim-Butuh-Kebijakan-Kuat).

Tarmansyah, Umar. “Potensi dan Nilai Strategis Wilayah Perbatasan Negara : Permasalahan dan Solusinya” (Balitbang.dephan.go.id)
http://jurnalmaritim.com/2015/08/poros-maritim-dan-nasib-nelayan/







[1] Dikutip dari artikel Kol. CTP Drs. Umar S. Tarmansyah, “Potensi dan Nilai Strategis Wilayah Perbatasan Negara : Permasalahan dan Solusinya” (Balitbang.dephan.go.id)
[2] Artikel Kementrian Kelautan dan Perikanan.”Mengembalikan Kejayaan Ekonomi Maritim Untuk Kesejahteraan Rakyat”. 2014. (http://www.kadinindonesia.or.id/rapimnaskadin2014/2.%20kelautan.pdf)
[3] Dikutip dari artikel Badan Koordinasi survei dan Pemetaan Nasional (www.bakosurtanal.go.id)
[4] Dikutip dari (http://www.kadinindonesia.or.id/rapimnaskadin2014/2.%20kelautan.pdf)
[5] Ibid, (http://www.kadinindonesia.or.id/rapimnaskadin2014/2.%20kelautan.pdf)
[6] Manik, Tumpal, dkk. 2015. Analysis Effect Of Maritime Economics Based On Sea Transportation, Marine Tourism And Fisherish Of Local Goverment Original Revenue And Growth Assets. Indonesia. (halaman 2)
[7] Kusasi, Firman. 2013.  Islamic Bond As An Alternative Of Shipping Financing Case Of Malaysia. Universitas Maritim Raja Ali Haji. (vol 4, halaman 87)
[8] Stophord, Martin. 2009. Maritime Economics “third edition”. Routledge. (halaman 345)
[9] Gupta, Manoj. 2010. The Political Economy of the Asia Pacific: Maritime Regime for Cooperational Region. (17-40)
[10] Adisasmita, Rahardjo. 2013.  Pembangunan Ekonomi Maritim. Graha Ilmu. (halaman  14)
[12] Bambang Prihartono. “Pengembangan Tol Laut dalam RPJMN 2015-2019 dan Implementasi 2015” (http://www.bappenas.go.id/files/Pengembangan%20Tol%20Laut%20Dalam%20RPJMN%202015-2019%20Dan%20Implementasi%202015.pdf) diakses 7 Juni 2016, pukul 10.45

[13] Ilyas Istianur Praditya. 2016. “Kemenhub Resmikan 21 Pelabuhan di Maluku“  dalam (http://bisnis.liputan6.com/read/2518935/kemenhub-resmikan-21-pelabuhan-di-maluku) diakses 7 Juni 2016, pukul 11.30.

[15] Galangan Kapal Tumbuh 15% (http://www.kemenperin.go.id/artikel/2908/Galangan-Kapal-Tumbuh-), diakses 7 Juni 2016, pukul 12.23.

[16] Hartono. 2015. “Menperin: Era Terbaik Bagi Industri Galangan Kapal” (http://www.kemenperin.go.id/artikel/12750/MENPERIN:-ERA-TERBAIK-BAGI-INDUSTRI-GALANGAN-KAPAL) diakses 7 Juni 2016, pukul 12.40

[17] Dikutip dari (http://www.pal.co.id/v5/company/index.php?page=E_3_7) diakses 7 Juni 2016, pukul 12.56.
[18] Ibid, (www.pal.co.id)
[19] https://sirup.lkpp.go.id/sirup/rup/penyedia/satker/14558 (diakses pada 6 Juni 2016 Pukul 11:17)
[20] BBPBBL Lampung.
[21] http://www.kemenkeu.go.id/en/node/43869 (diakses pada 6 Juni 2016 Pukul 12:24 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar