Kamis, 16 Maret 2017

Krisis Ekonomi 2008

Menurut pemaparan soal yang diberikan, krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 dikarenakan adanya subprime mortgage crisis di Amerika Serikat yang kemudian memengaruhi Eropa yang menjadikan Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama. Kemudian terjadi ke-bangkrut-an perusahaan Lehman Brother yang pada akhirnya membawa dunia pada krisis global tahun 2008. Jika melihat dari pemaparan yang diberikan, jelas terjadinya krisis global merupakan bentuk negative dari ketergantungan negara. Dikatakan sebagai efek ketergantungan negara dengan menilik kembali pendapat Dos Santos yang menyaratakan bahwa perekonomian negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain.[1] Jika menilik pendapat tersebut, bukan hanya perkembangan perekonomian saja yang dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi negara lin, melainkan juga krisis.
Selain itu, krisis ini membenarkan pandangan bahwa negara ketiga tidak dapat melepas pengaruhnya dari negara dominan; yang berarti negara dunia ketiga adalah subordinasi negara dunia pertama.[2] Hal ini dibenarkannya dengan krisis yang menyebar ke seluruh negara berkembang yang ada di dunia padahal krisis ini terjadi pertama di Amerika Serikat. Dikarenakan ketergantungan pada negara yang dominan, negara tidak bisa melepaskan diri dari segala pengaruh baik pengaruh positif maupu negatif. Berarti melalui pandangan ini, bisa saja dikatakan bahwa dunia pada tahun 2008 masih berada pada keadaan uni-polar, dimana Amerika Serikat menjadi negara paling dominan yang bahkan lebih dominan dibandingkan negara-negara Eropa yang mendapat dampak krisis Amerika Serikat. Dan negara-negara duluar kawasan Erpa dan Amerika serikat adalah negara-negara subordinasi yang dapat terpengaruh oleh pperubahan negara dominan. Jika pendapat ini tidak benar, maka seharunya negara-negara berkembang akan dapat melepaskan diri dari pengaruh negara dominan dan menghindari krisis sebelum terjadi. Adapun dampak yang dapat dirasakan dikarenakan krisis 2008 adalah menurunnya tingkat konsumsi dan investasi yang menyebabkan pemasukan dari penjualan barang, jasa, dan investasi juga menurun dari 5% menjadi -10%.[3]
Selain faktor diatas, krisis ekonomi 2008 terjadi karena adanya pasar bebas. Pasar bebas yang ada hanya menguntungkan negara maju. Dengan adanya pasar bebas, negara maju akan lebih muda meng-hegemoni pasar dunia menggunakan power yang dimiliki. Dikarenakan keuntungan yang didapat dari membuka pasar bebas, maka penduduk pada negara maju juga akan mendapatkan keuntungan. Setelah masyarakat mendapatkan keuntungannya, maka masyarakat akan meningkatkan konsumsi dan investasi. Konsumsi dan investasi berlebih ini akan menyebabkan tagihan yang tidak dapat diperkirakan, hingga munculnya permintaan untuk memberikan stimuli pada masyarakat.[4] Pemberian stimuli pada masyarakat ini membuat masyarakat malas, namun jika tidak diberikan, tetap ada penurunan konsumsi dan investasi sehingga terjadi penurunan nilai pendapatan produk domestik bruto. Hal inilah yang menyebabkan resesi dan krisis pada tahun 2008 terjadi. Amerika serikat yang diketahui telah membuka pasarnya tidak atau kurang mengontrol masyarakatnya, sehingga skenario diatas terjadi.
Ketergantungan yang ada membuktikan bahwa pasar bebas hanya meningkatkan kesenjangan perekonomian antara negara maju dan negara berkembang. Selain itu, pasar bebas adalah mekanisme kapitalisme yang jika menerapkannya menjadi satu bentuk keberhasilan kolonialisme.[5] Ketergantungan juga bisa disebabkan dengan adanya pasar bebas. Pasar bebas yang dipercaya diadopsi oleh negara demokrasi tentu telah mengambil posisi penting dalam dunia. Hal ini dapat dilihat melalui fakta bahwa hampir seluruh negara di dunia menggunakan paham demokrasi, dengan semakin banyaknya negara yang menganut sistem demokrasi, maka akan semakin banyak pula negara yang akan mempercayai perdagangan bebas. Dan jika banyak negara mempercayai pasar bebas, maka dikhawatirkan bahwa keadaan krisis satu negara seperti yang terjadi pada tahun 2008 akan menyebabkan krisis ke semua dunia. hal ini terjadi karena negara-negara saling bergantung satu sama-lain.
Jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan tidak bergantung. Diketahui alasan dari krisis global yang terjadi pada 2008 adalah ketergantunga, jadi negara-negara berkembang sebaiknya tiak begantung pada negara dominan. Jika negara berkembang tidak bergantung pada negara dominan, maka krisis global tidak terjadi karena kehancuran perekonomian negara maju tidak akan berpengaruh pada negara berkembang, Dengan tidak bergantung pada pandangan negara maju, dalam hal ini adalah Amerika Serikat, kita tidak perlu mempercayai sistem demokrasi dan pasar bebas, sehingga pemenuhan kebutuhan kembali menjadi proses pemenuhan kebutuhan secara tradisional.
Mengambil pengalaman melalui krisis 2008 yang disebabkan subprime mortgage ini, maka sebaiknya negara melakukan pembatasan serta seleksi yang lebih ketat pada pemberian pinjaman dan stimuli kepada masyarakat.[6] Selain itu, adanya tingkan konsumsi dan investasi yang berubah tidak menentu patut diperhatikan dengan pembatasan produksi atau pemberian price floor untuk menjaga konsumsi dalam tingkat yang stagnan. Jika dapat menontrol konsumsi, maka pendapatan juga akan stagnan (tingkat kenaikan dan penurunan cenderung stabil), yang mengakibatkan tingkat stimuli dan investasi juga stagnan.



Referensi:

Salstrom, Paul. 1994. Appalachia's Path to Dependency: Rethinking a Region's Economic History: 1730-1940. The University Press of Kentucky.

Jones, R.J. Barry. 2001. Routledge Encyclopedia of International Political Economy: Volum A-F. Routledge.

McKenzie, Rex. 2016. The Global South After Crisis. Edward Elgar Publishing. (halaman: 229)
Zentos, George K. 2016. The Global Financial Crisis_ From US subprime mortgages to European sovereign debt. Routledge.
Farmer, Brian R. 1999. The Question of Dependency and Economic Development: A Quantitative Analysis. Lexiton books.
Buckley, Robert. 2008. Urbanization and Growth (Commission on Growth and Development). World Bank Publications.




[1] Salstrom, Paul. 1994. Appalachia's Path to Dependency: Rethinking a Region's Economic History: 1730-1940. The University Press of Kentucky. (halaman: ix)

 

[2] Jones, R.J. Barry. 2001. Routledge Encyclopedia of International Political Economy: Volum A-F. Routledge. (halaman 315)


[3] McKenzie, Rex. 2016. The Global South After Crisis. Edward Elgar Publishing. (halaman: 229)

[4] Zentos, George K. 2016. The Global Financial Crisis_ From US subprime mortgages to European sovereign debt. Routledge. (halaman: 22)

[5] Farmer, Brian R. 1999. The Question of Dependency and Economic Development: A Quantitative Analysis. Lexiton books. (halaman: 22)


[6] Buckley, Robert. 2008. Urbanization and Growth (Commission on Growth and Development). World Bank Publications. (halaman: 200)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar