Menurut pemaparan soal yang diberikan,
krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 dikarenakan adanya subprime
mortgage crisis di Amerika Serikat yang kemudian memengaruhi Eropa yang
menjadikan Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama. Kemudian terjadi
ke-bangkrut-an perusahaan Lehman Brother yang pada akhirnya membawa dunia pada
krisis global tahun 2008. Jika melihat dari pemaparan yang diberikan, jelas
terjadinya krisis global merupakan bentuk negative dari ketergantungan negara. Dikatakan
sebagai efek ketergantungan negara dengan menilik kembali pendapat Dos Santos
yang menyaratakan bahwa perekonomian negara tertentu dipengaruhi oleh
perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain.[1]
Jika menilik pendapat tersebut, bukan hanya perkembangan perekonomian saja yang
dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi negara lin, melainkan juga
krisis.
Selain
itu, krisis ini membenarkan pandangan bahwa negara ketiga tidak dapat melepas
pengaruhnya dari negara dominan; yang berarti negara dunia ketiga adalah
subordinasi negara dunia pertama.[2]
Hal ini dibenarkannya dengan krisis yang menyebar ke seluruh negara berkembang
yang ada di dunia padahal krisis ini terjadi pertama di Amerika Serikat.
Dikarenakan ketergantungan pada negara yang dominan, negara tidak bisa
melepaskan diri dari segala pengaruh baik pengaruh positif maupu negatif.
Berarti melalui pandangan ini, bisa saja dikatakan bahwa dunia pada tahun 2008
masih berada pada keadaan uni-polar, dimana Amerika Serikat menjadi negara
paling dominan yang bahkan lebih dominan dibandingkan negara-negara Eropa yang
mendapat dampak krisis Amerika Serikat. Dan negara-negara duluar kawasan Erpa
dan Amerika serikat adalah negara-negara subordinasi yang dapat terpengaruh
oleh pperubahan negara dominan. Jika pendapat ini tidak benar, maka seharunya
negara-negara berkembang akan dapat melepaskan diri dari pengaruh negara
dominan dan menghindari krisis sebelum terjadi. Adapun dampak yang dapat
dirasakan dikarenakan krisis 2008 adalah menurunnya tingkat konsumsi dan
investasi yang menyebabkan pemasukan dari penjualan barang, jasa, dan investasi
juga menurun dari 5% menjadi -10%.[3]
Selain
faktor diatas, krisis ekonomi 2008 terjadi karena adanya pasar bebas. Pasar
bebas yang ada hanya menguntungkan negara maju. Dengan adanya pasar bebas,
negara maju akan lebih muda meng-hegemoni pasar dunia menggunakan power yang
dimiliki. Dikarenakan keuntungan yang didapat dari membuka pasar bebas, maka
penduduk pada negara maju juga akan mendapatkan keuntungan. Setelah masyarakat
mendapatkan keuntungannya, maka masyarakat akan meningkatkan konsumsi dan
investasi. Konsumsi dan investasi berlebih ini akan menyebabkan tagihan yang
tidak dapat diperkirakan, hingga munculnya permintaan untuk memberikan stimuli
pada masyarakat.[4]
Pemberian stimuli pada masyarakat ini membuat masyarakat malas, namun jika
tidak diberikan, tetap ada penurunan konsumsi dan investasi sehingga terjadi
penurunan nilai pendapatan produk domestik bruto. Hal inilah yang menyebabkan
resesi dan krisis pada tahun 2008 terjadi. Amerika serikat yang diketahui telah
membuka pasarnya tidak atau kurang mengontrol masyarakatnya, sehingga skenario
diatas terjadi.
Ketergantungan
yang ada membuktikan bahwa pasar bebas hanya meningkatkan kesenjangan
perekonomian antara negara maju dan negara berkembang. Selain itu, pasar bebas
adalah mekanisme kapitalisme yang jika menerapkannya menjadi satu bentuk
keberhasilan kolonialisme.[5]
Ketergantungan juga bisa disebabkan dengan adanya pasar bebas. Pasar bebas yang
dipercaya diadopsi oleh negara demokrasi tentu telah mengambil posisi penting
dalam dunia. Hal ini dapat dilihat melalui fakta bahwa hampir seluruh negara di
dunia menggunakan paham demokrasi, dengan semakin banyaknya negara yang
menganut sistem demokrasi, maka akan semakin banyak pula negara yang akan
mempercayai perdagangan bebas. Dan jika banyak negara mempercayai pasar bebas,
maka dikhawatirkan bahwa keadaan krisis satu negara seperti yang terjadi pada
tahun 2008 akan menyebabkan krisis ke semua dunia. hal ini terjadi karena
negara-negara saling bergantung satu sama-lain.
Jalan
keluar yang dapat dilakukan adalah dengan tidak bergantung. Diketahui alasan
dari krisis global yang terjadi pada 2008 adalah ketergantunga, jadi
negara-negara berkembang sebaiknya tiak begantung pada negara dominan. Jika
negara berkembang tidak bergantung pada negara dominan, maka krisis global
tidak terjadi karena kehancuran perekonomian negara maju tidak akan berpengaruh
pada negara berkembang, Dengan tidak bergantung pada pandangan negara maju, dalam
hal ini adalah Amerika Serikat, kita tidak perlu mempercayai sistem demokrasi
dan pasar bebas, sehingga pemenuhan kebutuhan kembali menjadi proses pemenuhan
kebutuhan secara tradisional.
Mengambil
pengalaman melalui krisis 2008 yang disebabkan subprime mortgage ini, maka
sebaiknya negara melakukan pembatasan serta seleksi yang lebih ketat pada
pemberian pinjaman dan stimuli kepada masyarakat.[6]
Selain itu, adanya tingkan konsumsi dan investasi yang berubah tidak menentu
patut diperhatikan dengan pembatasan produksi atau pemberian price floor untuk
menjaga konsumsi dalam tingkat yang stagnan. Jika dapat menontrol konsumsi,
maka pendapatan juga akan stagnan (tingkat kenaikan dan penurunan cenderung
stabil), yang mengakibatkan tingkat stimuli dan investasi juga stagnan.
Referensi:
Salstrom, Paul.
1994. Appalachia's Path to Dependency: Rethinking a
Region's Economic History: 1730-1940. The University Press of Kentucky.
Jones, R.J. Barry. 2001.
Routledge Encyclopedia of International Political Economy: Volum A-F.
Routledge.
McKenzie, Rex. 2016.
The Global South After Crisis. Edward Elgar Publishing. (halaman: 229)
Zentos, George K. 2016.
The Global Financial Crisis_ From US subprime mortgages to European sovereign
debt. Routledge.
Farmer, Brian R. 1999.
The Question of Dependency and Economic Development: A Quantitative Analysis.
Lexiton books.
Buckley, Robert. 2008.
Urbanization and Growth (Commission on Growth and Development). World Bank
Publications.
[1] Salstrom, Paul. 1994. Appalachia's Path to
Dependency: Rethinking a Region's Economic History: 1730-1940. The University
Press of Kentucky. (halaman: ix)
[2] Jones, R.J. Barry. 2001. Routledge Encyclopedia of International
Political Economy: Volum A-F. Routledge. (halaman 315)
[3]
McKenzie, Rex. 2016. The Global South After Crisis. Edward Elgar Publishing.
(halaman: 229)
[4]
Zentos, George K. 2016. The Global Financial Crisis_ From US subprime mortgages
to European sovereign debt. Routledge. (halaman: 22)
[5] Farmer, Brian R. 1999. The Question of Dependency and Economic
Development: A Quantitative Analysis. Lexiton books. (halaman: 22)
[6]
Buckley, Robert. 2008. Urbanization and Growth (Commission on Growth and
Development). World Bank Publications. (halaman: 200)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar